Social Networking i | Tugas STI Social Networking i | Tugas STI PENDAHULUAN Latar belakang Social Network ...
PENDAHULUAN
Latar belakang
Social Network merupakan
sebuah bentuk layanan internet yang ditujukan sebagai komunitas online bagi
orang yang memiliki kesamaan aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau
kesamaan latar balakang tertentu. Social networking lazim disebut sebagai jaringan pertemanan. Layanan social
network biasanya berbasis web, dilengkapi dengan beragam fitur bagi penggunanya
agar dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi. Contoh situs social
networking yang populer dewasa ini antara
lain facebook dan twitter.
Sebagai
makhluk social, manusia tak akan pernah lepas dari sosialisasinya dengan antar
sesamanya. Dengan semakin berkembangannya teknologi, berkembang juga cara
manusia dalam bersosialisasi untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Sehingga
muncullah Social network yang dilengkapi dengan berbagai fitur agar manusia
dapat berinteraksi satu sama lain didalamnya, tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu.
Perkembagan
social network sendiri telah berkembang begitu pesat dengan munculnya facebook,
twitter, instagram, google +, myspace dan lain-lain.
Penggunaan
social network yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa ketergantungan pengguna terhadap social network, dan juga
memberikan pengaruh kepada penggunanya baik itu pengaruh positif maupun negatif.
Sebut saja dua social network yang dominan dimuka bumi ini, facebook dan
twitter. hampir 90% penduduk dimuka bumi ini telah menggunakan facebook dan
twitter. Karena
begitu hangatnya dan updatenya permasalahan social network ini. Penyusun memutuskan untuk membahasnya sebagai pembahasan pokok di makalah ini.
Rumusan
makalah
a) Bagaimana
gambaran dari kekuatan social network?
b) Bagaimana
sejarah dan perkembangan social network?
c) Bagaimana
social network jika dinilai dari sudut psikologi?
Tujuan
a) Untuk
mengetahui kekuatan social network.
b) Untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan social network.
c) Untuk
mengetahui social network dari sisi psikologi.
Referensi :
1. http://www.smitdev.com/post/social-networking333.php
2. http://www.hanamera.com/2014/06/top-10-daftar-situs-jejaring-sosial.html
3. Media Sosial di Indonesia: Kekuatan dan Ancamannya.
http://www.kompasiana.com/posts/headlines/ . 03 May 2013.
4. Media Sosial Sebagai Modal Sosial. http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion/ . 06 Agustus 2011
5. Permainan Psikologi di Dunia Media Sosial. http://www.kompasiana.com/posts/type/raport/ . 12 Agustus 2012
6. https://www.google.com
Tugas Kelompok 5 :
1. Fajri Andilah
2. Imron Rosyidi
3. Jaka Kuntara
4. Salman Alparisi
PEMBAHASAN
A. Sejarah
dan perkembangan social network.
Pada tahun 1978 terjadi awal mula
terbentuknya social media. Ward Christensen dan Randy Suess membangun sistem
papan buletin. Dengan sistem papan bulletin ini, pengguna dapat mengunggah,
atau mengunduh informaso serta dapat berkomunikasi dengan menggunakan surat
elektronik yang koneksi internetnya masih dihubungkan dengn saluran telepon
dengan modem. Sebelumnya pada tahun 1971, perkembangan social network sudah
dilakukan. Yaitu pengiriman surat elektronik yang dilakukan oleh para peneliti
ARPA ( Advanced Research Project Agency).
Pada tahun 1995, dirilis sebuah
situs GeoCities. Situs GeoCities ini memberikan suatu layanan web hosting,
yaitu suatu layanan penyewaan penyimpanan data-data website. Hal ini ditujukan
agar halam website bisa diakses dari mana saja. Kemunculan GeoCities sendiri
merupakan tonggak sejarah berdirinya website-website lainnya.
Pada tahun 1997, Sixdegree.com
dirilis. Sixdegree.com merupakan jejaring social pertama walaupun sebelumnya
muncul situ Classmates.com pada tahun 1995 yang juga merupakan situs jejaring
social. Namun, sixdegree dianggap lebih menawarkan layanan jejaring social
dibandingkan dengan classmates.com.
Pada tahun 1999 muncul blogger, yaitu
situs untuk membuat blog pribadi. Situs ini memberikan layanan bagi
penggunannya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri. Sehingga pengguna
Blogger dapat memuat hal apapun disitusnya sendiri. Termasuk hal-hal yang
bersifat personal ataupun kritik-kritik untuk pemerintah.
Pada tahun 2002 muncul Friendster.
Kemunculan Friendster sendiri menjadi booming dan fenomenal untuk keberadaan
sebuah social network. Lalu pada tahun 2003 berdiri LinkedIn. Selain berguna
sebagai jejaring social, LinkedIn juga membantu untuk mencari pekerjaan
sehingga mengembangkan fungsi dari sebuah media social. Pada tahun 2003 juga
muncul MySpace yang lebih friendly dan menawarkan kemudahan dalam
penggunaannya.
Pada tahun 2004 muncul Facebook. Kehadiran
facebook telah terkenal hingga saat ini dan memiliki jumlah pengguna terbanyak.
Kemudian pada tahun 2006 muncul
twitter. berbeda dengan facebook. Istilah mengupdate status pada twitter
disebut dengan Tweet yang dibatasi
140 karakter.
Pada tahun 2007, wiser dilahirkan
bertepatan dengan hari bumi. Yaitu; pada 22 april 2007.
2007 Lahirnya
Wiser, situs jejaring social pertama sekali diluncurkan bertepatan dengan
peringatan Hari Bumi (22 April) 2007. Situs ini diharapkan bisa menjadi sebuah
direktori online organisasi lingkungan seluruh dunia termasuk pergerakan
lingkungan baik dilakukan individu maupun kelompok.
2011 Lahirnya
Google+, google meluncurkan situs jejaring sosialnya yang bernama
google+, namun pada awal peluncuran. google+ hanya sebatas pada orang yang
telah di invite oleh google. Setelah itu google+ di luncurkan secara umum.
B. Psikologi Social Network.
Keterkaitan antar satu
individu dengan individu di ranah maya dianggap sebuah jejaring sosial yang
dapat merepresentasikan hubungan antar manusia. Selalu ada aspek psikologis dan
sosial dalam social network yang difasilitasi oleh internet
ini. Apakah hubungan tersebut berdampak positif atau negatif. Selalu ada
perdebatan tentang itu, terutama antara kubu pesimis dan optimis dengan
kehadiran internet dalam mengembangkan jejaring sosial. Cyber-Optimist mempunyai
keyakinan bahwa dunia maya dapat membangun pertemanan yang bermanfaat
secara psikologis dan sosial. Namun, kubu Cyber-Pessimist menganggap
sebaliknya.
Sama seperti di dunia
nyata, kehidupan di media sosial pun seperti mozaik, heterogen, dan penuh
dinamika.Ada tokoh utama,
panutan, dan selalu menjadi rujukan. Sang Idola di media sosial.
Ada juga yang menonton
saja. Diam tapi tetap menyimak.Ada juga suporter
fanatik, atau sekedar hura-hura saja.Ada yang berteriak
lantang, namun tidak sedikit yang hanya bergumam saja, nyaris tak terdengar.Ada identitas yang
transparan, namun lebih banyak juga yang tersembunyi atau samar-samar. Nama
alias pun bertebaran.
Tujuan dan motif bermedia sosial pun
sepertinya berbeda-beda. Alasan dan argumentasi beragam. Perbedaan itu mungkin
saja menimbulkan perdebatan, membentuk sekat-sekat yang memilah dan memilih
siapa mereka dan siapa kami. Kami berbeda dengan mereka.Ada yang adu jotos dan
saling mencaci maki, Ada juga yang saling
memuji dan membela. Media sosial pun
akhirnya seolah representasi, atau jangan-jangan, cermin dari hidup dan
kehidupan di dunia nyata. Kata-kata pun seolah cermin dari peran dan karakter
dari penggiat media sosial. Benarkah?
Akhirnya keunikan dan
kreatifitas menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mengarungi kehidupan di
media sosial. Artinya, belum tentu setiap penikmat media sosial mendapatkan
modal sosial yang setara. Kadar atau takaran modal sosial yang diperoleh pun
berbeda-beda.
Kita menyadari bahwa media sosial bukan lagi sebuah wadah untuk
menjalin pertemanan atau sekedar ‘jembatan’ untuk menyatukan silaturahmi. Media
sosial telah menjadi sesuatu yang lebih besar dari yang di perkirakan, media
sosial telah membentuk sebuah dunia baru bagi para penikmat jaringan internet,
sebuah dunia kebebasan yang menjadi tren di kalangan sosialita.
Kolom status yang ada di Facebook maupun di Twitter berhasil
merayu kita untuk terus menulis kalimat-kalimat yang mencerminkan keadaan diri
sendiri. Dan kalimat-kalimat status tersebut dapat terlihat di linimasa seorang
teman, dan begitupun sebaliknya. Melalui linimasa, kita dapat mengetahui
perkembangan sekitar, update berita, pergaulan, sampai jual-beli
terjadi disini. Hingga istilah-istilah seperti hashtag, TT
atau Trending Topic, terbawa-bawa sampai ke kehidupan sosial di
dunia nyata. Itulah bukti dari ‘Keagungan Media Sosial’.
Kita mempunyai beberapa alasan untuk mem-follow seseorang,
bisa karena ‘twit’nya menarik atau hanya atas nama pertemanan belaka. Saling
mem-follow sudah menjadi budaya, baik antara teman di dunia nyata maupun
teman di dunia maya. Jika sudah saling follow, otomatis
setiap status yang tertulis dapat terlihat di linimasa. Dan ‘Drama Media
Sosial’ banyak terjadi di linimasa ini.
Saat kita berada di dalam linimasa, bahwa sering kali kita terpanggil
untuk menulis sesuatu yang menarik hanya untuk terlihat baik di hadapan followers. Bahkan
menulis hal-hal yang sedang hangat diperbincangkan hanya untuk mencari
perhatian, sekedar pengharapan akan retweet dari followers. Mengapa
kita begitu? Karena layaknya manusia, kita pun ingin di akui keberadaannya.
Eksistensi dunia maya.
Juga ada kasus yang seperti ini, seseorang menulis status tentang
kesedihan yang sangat tragis, lalu kita melihatnya dan langsung mengganggap
bahwa orang tersebut sedang dalam keadaan bersedih dan cengeng. Yang padahal,
orang itu hanya sekedar menuliskan sebuah bait lagu yang baru saja ia dengar
dan menurutnya menarik untuk ditulis, dan ia menuliskannya sambil tertawa.
Apakah ini bisa ditolerir? Media sosial membuat kita mudah terhasut oleh
sesuatu yang belum terbukti kebenarannya.
Yang harus di ingat adalah, dalam setiap tulisan yang terjadi di
linimasa belum tentu mencerminkan keadaan seseorang. Tulisan status di media
sosial sangat berbeda dengan tulisan yang ada di dalam sebuah berita. Belum
tentu mengandung makna, belum tentu mengandung informasi. Jangan cepat
mengambil keputusan atas keadaan seseorang. Dari sini kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa, mood bukan hanya mempengaruhi cara dalam menulis status,
tetapi juga dalam membacanya.
Para akademisi selalu
berupaya mencermati berbagai fenomena kehidupan, termasuk kehadiran media
sosial di dunia maya. Beberapa teori psikologi dan teori sosial pun sering
digunakan sebagai kacamata untuk menelisik geliat media sosial.
Penerimaan teknologi internet- termasuk media sosial- oleh masyarakat pun
dijelaskan sebagai fenomena sosial dan psikologis.
Ketika pertemanan
memberikan solusi gratis tentang sebuah permasalahan, maka pertukaran ide dan
gagasan menjadi sebuah barang yang seolah tidak bertarif. Ketiadaan tarif
tersebut sebenarnya menjadi sebuah “penghematan finansial” jika pencarian ide
di luar media justru harus berbayar.
Contoh lain, ketika distribusi atau
pemasaran sebuah obyek berpotensi bisnis- misalnya, sebuah baju- maka jejaring
pertemanan akan mereduksi biaya distribusi atau pemasaran. Cakupan distribusi
dan pemasaran pun meluas, tanpa ada ongkos untuk menggapainya. Dengan
begitu melalui media sosial kita bisa menggapainya dengan marginal
cost yang mendekati nol. Ini berlaku untuk yang penikmat media sosial
dengan motif bisnis. Atau setidaknya, ada peluang bisnis ke depannya.
C. Kekuatan Social Network.
Selama 20 tahun sejak
munculnya World Wide Web dari internet dengan peramban (browser) Mosaic pada
tahun 1993 oleh National Center for Supercomputing Applications (NCSA) di
University Illinois Urbana-Champaign, kita merasakan bagaimana terobosan dalam
teknologi komunikasi dan informasi ikut mengubah wajah dunia. Kini setiap warga
memiliki kemampuan untuk menyuarakan opininya dan mengakses beragam informasi
yang ada dikarenakan perkembangan teknologi informasi. Bahkan bisa dikatakan,
ikut menyertai perjuangan kebebasan pers dunia.
HARI ini selama 24 jam, berbagai peristiwa di belahan dunia begitu
cepat bisa kita lihat, tanpa perlu menunggu disiarkan oleh kantor berita lalu
dicetak, tetapi bisa langsung dilihat di smartphone lewat media sosial.
Blogging, menulis tweet, dan berkirim podcast telah membuka berbagai cara baru
untuk berbagi informasi dan berekspresi. Jurnalis warga menambah jumlah berita
yang beredar lewat handphone, terutama saat terjadi bencana dan konflik.
Terbukanya jalan menuju media baru (new media) memperlebar kesempatan
untuk berdialog, bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan dan informasi. Bahkan
dalam banyak hal, media sosial mulai menunjukkan kekuatannya yang signifikan.
Di sisi lain, ancaman terhadap media sosial sudah hadir baik dari sisi internal
maupun eksternal.
Media (Jejaring) Sosial: 2002-sekarang
Mulai tahun 2002, perkembangan teknologi informasi memasuki era
social networking website atau media sosial. Lewat Friendster (2002), Myspace
(2003), Facebook (2004), setiap individu bisa menjadi “media”. Ia dapat
menyebarkan opininya secara lebih luas dan berdiskusi secara intens menggunakan
media sosial. Saling bertukar informasi dalam bentuk tulisan, foto, rekaman
suara, video terus menerus difasilitasi oleh media sosial yang tingkat
pertumbuhannya begitu pesat. Kegiatan menulis di blog yang disebut blogging,
menulis status lewat twitter, menunjukkan minat lewat pinterest dan lainnya
membuat masyarakat di zaman sekarang menjadikan media sosial sebagai kebutuhan
hidup yang tidak bisa terpisahkan, layaknya kebutuhan makan/minum, papan, dan
ekonomi.
Kekuatan media sosial yang pada awalnya berada pada kelompok pro demokrasi
(1996), kemudian mahasiswa (1998), kini terdistribusi ke setiap individu. Hal
ini sejalan dengan lanskap global internet, dimana awal kelahirannya komunikasi
dua arah hanya dinikmati oleh 1% pada 1993, 51% pada 2000, dan lebih dari 97%
pada 2007. Bahkan Yanuar Nugroho dan Shita Laksmi lewat penelitiannya “Citizens
in @ction” menemukan bagaimana 258 kelompok-kelompok yang mereka teliti telah
membangun demokrasi bottom-up yang akan mendukung kehidupan demokrasi yang
lebih sehat.
Melihat sejarah relasi media dan kekuasaan di Indonesia, success
story media sosial pada perubahan sosial yang diteliti oleh Yanuar Nugroho,
serta statistik kekuatan media sosial yang ada sekarang, tak heran bila Ulin
Yusron dalam tulisan “Sosial Media Sebagai Angkatan Kelima Pilar Demokrasi”, 20
Februari 2013, berharap media sosial dapat menjadi pilar kelima untuk
menggantikan pers yang kini dikuasai oleh kekuatan modal dan politik, serta
menjadi “pedang tajam yang mengiris ketidakadilan”. Harapan yang demikian
tinggi ini disertai dengan sejumlah prasyarat yang menurut Ulin harus disertai
agar media sosial menjadi gerakan sosial (melawan kekuasaan).
Dari sisi eksternal, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomer 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau biasa disingkat UU
ITE. Di dalam UU ITE ini, para aktivis media sosial kerap kali terganjal oleh
aturan di dalam UU ITE mulai dari pasal 27-29 di dalamnya, dimana ancaman
terhadap pelanggar lebih berat daripada aturan pidana di dalam Pasal 310 KUHP.
Kebebasan informasi harus berhadapan dengan pasal-pasal karet yang dibuat untuk
menghambat informasi: menyebarkan kebencian kelompok, penghinaan, pencemaran
nama, hingga hacking. Ancaman ini baru bisa hilang, ketika 3 pasal dalam UU ITE
ini direvisi atau dihapus.
Terhadap isu ini, berbagai kasus hukum sudah berkali-kali muncul.
Mulai dari Prita Mulyasari yang menulis email mengenai buruknya pelayanan RS
Omni, Kho Seng Seng yang menulis surat pembaca, Alexander Aan yang mengupdate
status sebagai atheis Minang, Update status aeorang mahasiswi UGM S2 mengenai
antrian di SPBU dan lain-lain menjadi berita yang kian hari kian jamak muncul
di zaman kebebasan informasi ini. Ini menandakan bagaimana tidak terlindunginya
warga negara yang menggunakan media sosial untuk menyuarakan pendapatnya.
Dari sisi internal, ancaman datang dari bentuk-bentuk
“slacktivisme” yakni bentuk kegiatan online yang tak punya dampak langsung pada
perubahan sosial. Bentuknya mulai dari membubuhkan “like” pada status/facebook
page hingga petisi online yang tidak mengubah apapun di dalam kenyataan.
Ancaman-ancaman ini sangat melemahkan upaya untuk menjadikan media sosial punya
dampak kepada perubahan sosial.
Referensi :
1. http://www.smitdev.com/post/social-networking333.php
2. http://www.hanamera.com/2014/06/top-10-daftar-situs-jejaring-sosial.html
3. Media Sosial di Indonesia: Kekuatan dan Ancamannya.
http://www.kompasiana.com/posts/headlines/ . 03 May 2013.
4. Media Sosial Sebagai Modal Sosial. http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion/ . 06 Agustus 2011
5. Permainan Psikologi di Dunia Media Sosial. http://www.kompasiana.com/posts/type/raport/ . 12 Agustus 2012
6. https://www.google.com
Tugas Kelompok 5 :
1. Fajri Andilah
2. Imron Rosyidi
3. Jaka Kuntara
4. Salman Alparisi
COMMENTS